Islam di anggap menindas kaum perempuannya
oleh dunia, khususnya bangsa Eropa dan Amerika, yang sebenarnya pada
prakteknya peraturan mereka sering mengkhianati peraturan dan pengakuan
kesetaraan terhadap perempuan warganya.
Meski Bangladesh, Pakistan maupun Indonesia pernah memiliki pemimpin
negara seorang wanita tetapi tetap tidak mengubah kesan-kesan mereka
mengenai kaum perempuan islam yang tertindas.
Saya menemukan
sebuah buku karangan Abu ‘Abdurahman As-sulami berjudul “Sufi-sufi
Wanita”, yang dikarang sekitar bulan Shafar 474, atau tanggal 17 Juli
1081. Jadi buku ini dikarang sekitar 1000 tahun yang lalu. Dalam buku
ini berisi tentang kisah 82 orang wanita yang mengabdikan dirinya hanya
untuk Tuhannya, yang mana tingkat kecerdasan dan kebijakan mereka
sepadan dengan yang dimiliki oleh para sufi pria….dan mereka sangat di
akui keberadaanya pada saat itu. 1000 tahun yang lalu. Ketataatan dan
kecintaan mereka pada Allah melebihi segalanya. Mereka yang tertulis
dalam buku ini adalah datang dari berbagai kalangan. Mulai istri dari
sahabat nabi, putri bangsawan kaya dan juga seorang budak/pelayan. 1000
tahun yang lalu memang tidak ada tolok ukur untuk menilai kedudukan
mereka di masayarakat. Kepandaian, kiprah atau kontribusinya kepada
mayarakat umum hanya di lihat dari sebuah ketaqwaan. Kedudukan mereka
ditandai dari ilmu agamanya. Mereka adalah para ahli tasawuf, ahli
makrifat. Seorang sufi bernama Fakhrawaih bint ‘Ali. Beliau adalah istri
dari Amr ibn Nujaid (kakek dari As-sulami, pengarang buku ini). Suami
nya berkata “Apa yang kuperoleh dari pergaulanku dengan istriku
Fakhrawaih tidaklah kurang dari apa yang kuperolah dari pergaulanku
dengan Abu ‘ Ustman- seorang guru sufi. Suatu hari Fakhrawaih berkata
kepada Abu ‘Ali ats-Tsaqafi ( seorang guru fiqih dan sufi) : Apanila
seorang berkata dengan ilmu, maka dia menjadikan hati dan jiwanya
nyaman. Kemudian dia membesarkan dirinya karena keutamaan
pembicaraannya. Tetapi apabila dia mempraktekan ilmunya, maka nafs dan
hatinya akan menjadi lelah, dan meremehkan dirinya sendiri karena dia
sadar tidak adanya keihlasan dalam perilakunya. Abu Ali menagis dan
berkata :” Aku akan mengatakan apa yang di katakan Khalifah Umar ibn
al-Khattab “ Wanita ini lebih ungul dalam pemahamannya”. Tidak hanya
kebijaksanaan dan pemahaman nya mereka terhapa islam yang di akui tetapi
dalam kedudukan mereka dalam pendidikan mereka pun di beri tempat
terhormat. Hukaymah dari Damaskus, dia adalah bangsawan syiria. Beliau
adalah seorang guru yang mana dalam penuturan buku ini kata ustadz
bersifat maskulin bukan feminin, artinya beliau telah si akui sederajat
dengan kaum sufi laki-laki pada saat itu.
Seorang sufi bernama
Sya wa’nah. Dengan suaranya yang indah dan merdu dia memberi kuliah
dihadiri oleh para Zahid dan para ahli ibadah. Ternyata 1000 tahun yang
lalu para perempuan sudah terdengar ‘gaung’nya. Emansipasai wanita
bukan berarti juga perempuan ingin minta disejajarkan dengan laki-laki,
tapi dia hanya ingin dimengerti bahwa seorang perempuan juga terlahir
dengan di karuniai berbagai kelebihan.
Kadang kesibukan kita mengejar mimpi
membutakan kita pada keikhlasan, menjauhkan kita pada rasa syukur.
Nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? (Surah Ar-rahman)
Bijaksana melihat keadaan ketika mimpi yang kita kejar tak kunjung mendekat,
karena bisa jadi itulah yang terbaik untuk kita. Kelelahan dan
kesedihan yang muncul saat perjuangan menggapainya, akan membuat kita
mengabaikan banyak nikmat yang datang, dan masalah yang datang silih
berganti membuat kita semakin terpuruk
Seperti jamur yang subur
tumbuh di musim hujan, akan mendatang kan nikmat dan rejeki bagi yang
menunggunya, tapi ada kalanya jamur itu adalah racun yang mematikan
Penantian tidak selalu mendatangkan keindahan yang “pasti”, tapi bersabar mendatangkan kepastian yang indah
Kemarin pagi saya mendapat sms yang mengatakan
bahwa seorang tetangga telah meninggal dunia. Tentu saja saya kaget,
meski sudah pindah dari komplek beberapa bulan yang lalu tapi kami telah
bertangga selama lebih dari 10 tahun. Saya kenal baik dengan, dan selalu tampak sangat sehat. Kabarnya meninggal karena jatuh dari lantai 2 ketika menjemur handuk.
Pagi itu setelah mengantar anak sekolah saya bermaksud melayat dengan
seorang teman, tapi sebelum niat itu kesampaian, ternyata ada kabar
bahwa beliau belum meninggal tapi masih dalam keadaan koma di rumah
sakit. Akhirnya jam 10 saya melayat ke rumah sakit. Masih di ICU.
Menurut keterangan keluarganya, sesuai dengan apa kata dokter,
sebenarnya sudah di nyatakan meninggal, tapi dengan sebuah alat, mungkin
alat pacu jantung? Jantungnya masih bisa berdetak.
Saya sentuh
kakinya, dingin sekali, tetapi tangannya masih terasa hangat. Dadanya
masih terlihat gerakan turun naiknya, apa mungkin itu karena bantuan
alat yang terpasang ? Akan di lepas ketika keluarganya dari surabaya
sudah datang dan memutuskan apa tindakan yang terbaik bagi nya.
Selesai sholat maghrib, ada pengumuman di mesjid yang menyatakan bahwa
beliau telah meninggal. Maka janjianlah lagi saya dengan teman untuk
melayat keesokan paginya. Hari itu teman saya yang janjian pergi melayat
bersama pun telah minta ijin untuk datang terlambat ke sekolah untuk
mengajar.
Ketika motor baru keluar dari rumah, saya berpapasan dengan tetangga yang lain, yang saya ajak sekalian melayat bersama.
“Eh..ngapain, orang belum meninggal kok ,” katanya
Setelah bengong sebentar spontan saya tertawa….. dan mengabarkan pada
teman saya bahwa hari ini ngga jadi lagi melayatnya, meninggalnya ngga
jadi lagi. Bukannya tidak sedih..tapi spontanitas saja… tertawa.
Dan jam 10 pagi, ada sms lagi, kali ini benar-benar di nyatakan meninggal. Dan jenazah sudah ada di rumah.
Almarhum adalah seorang ibu yang baik, baru berusia 40 tahun. Sangat
telaten pada anak-anaknya. Beliau menikah ketika usia nya masih sangat
muda, dengan seorang duda cerai, dengan 6 orang anak laki-laki yang
masih kecil. Tidak ada satupun yang ikut dengan ibunya, semua di boyong
oleh bapaknya dan menjadi tanggung jawab sang ibu muda. Beliau sendiri
di karuniai 3 orang anak laki-laki dan paling kecil anak perempuan 2
tahun. Anak yang hadir dengan kejutan. Pasalnya sang ibu hamil ketika
sudah ikutan program steril dari desa. Program Steril missal. Maka
ketika terlihat perutnya membesar 4 bulan baru di sadari ada janin di
dalamnya. Anugrah sang Ilahi.
Cerita di balik tidak simpang siurnya
berita meninggalnya ternyata karena anak pertamanya semalam belum ikhlas
untuk melepas alat bantu yang terpasang di badan ibunya. Sementara
pengurus mesjid sudah menyiapkan segala sesuatu untuk jenazah. Cinta
seorang anak yang tidak siap di tinggal tiba-tiba, dan teman saya ini
setelah koma sehari (sejak sabtu pagi), hari minggu tersadar beberapa
detik hanya untuk mengucapkan, “Ulfa sudah makan belum” Ulfa anak
bungsunya yang masih berusia 2 tahun. Sisa-sisa kekutan terkahir dari
ingatan seorang ibu hanyalah
“Mengkhawatirkan anak-anaknya”
Teringat ketika kecelakaan motor 3 tahun yang lalu. Akibat setang motor
di senggol pengendara lain saya terguling di aspal. Pecahan kaca helm
menyobek dahu dan lutut saya terluka terseret di aspal. Masih untung
saat itu saya berada di belakang sebuah truk, jika berada di depannya
mungkin saat itu saya sudah terlindas. Tidak ada rasa sakit yang saya
rasakan, hanya rasa perih di dagu dan lutut. Saat itu saya bermaksud
menjemput anak saya pulang sekolah. Dalam pikiran saya saat itu bahwa
anak saya pasti menunggu. Setelah di tolong oleh seorang pengendara lain
dan di bawa ke pinggir jalan, di beri betadin oleh seorang pemilik
warung nasi di sana, saya pun langsung bergegas pergi.
“Bu
minta ganti rugi bu” kata seseorang di kios helm, sementara si mas mas
yang menyenggol berdiri dengan tampang khawatir di samping saya.
“Maaf ya bu..maaf” katanya
Jujur saat itu saya kok sama sekali tidak terpikir untuk minta ganti
rugi atau menahan ktpnya ataupun marah-marah… di otak saya hanya ada
pikiran bahwa anak saya sudah menunggu di sekolah.
Dengan
plester seadanya di dagu, saya pergi melanjutkan perjalanan. Menjemput
dan langsung ke puskesmas pusat yang kebetulan saat itu belum tutup.
Saat saya berbaring baru saya sadar bahwa anak saya sedang menangis
ketakutan. Melihat di dagu saya masih ada darah segar.
“Ibu jangan
mati !”.. saya tersenyum sekaligus tersentak saat itu. Seandainya saya
mati hari itu, entah bagaimana nasib anak-anak. Keesokan harinya anak
saya deman, dan tidak masuk 2 hari.
Ketika beberapa tahun lalu, ada sebuah tausiah di tv dengan topic kematian, anak-anak saya bertanya dengan polosnya
“Ibu siap meninggal ?”
“Kenapa ngga. Tapi memang kalian siap di tinggal ibu”
Mereka menangis dan memeluk saya…
HUUUFFFF !!!! melihat ulfa yang tertidur dalam gendongan tantenya,
Ibrahim yang masih berusia 4 tahun di gendong oleh teman saya, Burhan
anak ke tiga, dan Mahmud anak pertamanya menatap dengan pandangan
kosong pada jenazah ibunya ketika di kafani. Kami semua para ibu tak
sanggup menahan air mata yang menitik
satu demi satu……
ya ALLAH ijinkan saya memiliki waktu untuk menyiapkan mereka menjadi manusia-manusia terbaik seperti yang ENGKAU harapkan
Anak pertama saya susaaaaah banget bangun pagi. Setiap pagi bikin saya
senewen, tapi setelah bangun cepat pula selesai bebenahnya. Yang kedua
relative mudah di bangunkan, tapi relatiiiff lamaaa selesai nya, dan yang ketiga paling terakhir bangunnya tapi selesai nya pun tepat waktu.
Dari orang tua yang sama, dengan aturan dan ajaran yang sama, tetapi
masing-masing punya sifat yang sangat berbeda. Setiap anak di lahirkan
unik.
Apakah benar tanggung jawab bangsa ada di tangan mereka???
Saya ada sebuah cerita. Saya mempunyai seorang adik dari seorang
kerabat dekat. Seingat saya ada foto masa kecilnya, dimana saya
menggendongnya, kalau tidak salah ketika umurnya belum genap 1 tahun.
Sejak bayi, anak ini, ketampanan wajahnya sudah sangat tampak. Saat
remaja, bodynya yang tinggi dengan berat badan ideal dan deretan gigi
yang sangat terawat membuat pesonanya makin tampak bersinar. Maka tak
heran ketika remaja banyak fans nya. Perilakunya santun sekali,
nilai-nilai akademis sekolahnya pun sangat baik. Siapa sangka,
pribadinya yang tampak ter”tata” dengan baik ini, sanggup
menjerumuskannya ke dunia narkoba.
Suatu hari dia datang
membawa sebuah kado. Wajahnya masih seperti yang terakhir kali saya
ingat. Dengan sangat diam, dia memberi saya sebuah kado yang tampak di
bungks sedanya. Wajahnya terseyum, tapi diam dan sunyi.
“Apa ini “
Tidak ada jawaban hanya tersenyum dan diam
“Dia pernah bilang bahwa dia merasa dekat dan nyaman dengan endah “
kata bapaknya, begitu yang di katakan kakak saya perihal mimpi ini
ketika saya bertanya kapan dia ulang tahun ? ketika saya berusaha
mencari makna mimpi ini setelah hampir 5 tahun dia “istirahat”.
Adik saya ini telah meninggal dunia, karena terinfeksi HIV IDS, tertular
dari penggunaan jarum suntik, dan meninggal setelah 10 tahun bertahan
dalam dari masa inkubasi virus mengerikan ini. Ya, masa inkubasi virus
ini sekitar 10 tahun.
Saya percaya doa yang tulus akan selalu
ada jalan untuk di terima, meski ada pernyataan tegas hanya doa anak
yang soleh pada orang tuanya sajalah yang di terima. Allah maha
mengetahui dan maha bijaksana. Saya sangat percaya itu.
Terlahir dari oang tua yang sangat berpendidikan. Terdidik dengan tata
krama yang baik dan fasilitas terbaik untuk anak selalu tersedia. Wajah
yang tampan, dengan pergaulan yang luas membuatnya banyak jalan untuk
memilih cara menghibur diri ketika gagal, kecewa dan galau.
Justru kesempurnaan pribadi yang di bebankan pada seorang anak adalah
salah satu sebab seorang anak menutupi kegagalannya. Tidak ingin
terlihat gagal, tidak ingin terlihat jatuh, membuatnya mencari hiburan
sendiri. Terakhir test di akhir tahap penerimaan calon akabri baru
terbuka kenyataan, bahwa adikku ini terlahir hanya mempunyai 1 ginjal.
Kegagalan yang tidak bisa di ganti oleh sogokan apapun !!! Kegagalan
yang seharusnya di terima dengan biasa saja, menurut pendapat ayahnya,
karena itu sudah takdir. Tapi sebuah impian yang di bangun dengan
semangat yang penuh sejak kecil tidak begitu saja bisa terhapus hanya
dengan satu kata… takdir !!!
“ Biarlah anak ini istirahat, dia
sudah terlalu lelah “ kata pas ustad pendampingnya. Sedih saat saya
tidak bisa datang saat dia masih terbaring di rumah sakit dan tidak bisa
melayat saat meninggal, karena kami tinggal di lain kota dan sibuk
dengan 3 anak balita saya. Tapi setahun sebelum meninggal dia sempat
menikah, dengan sesame ODHA (Orang Dengan Hiv AIDS). Teman yang di
temuinya saat sama-sama berada di tempat rehabilitasi. Terakhir saya
mendengar istrinya pun meninggal. Mereka harus “pergi” diusia yang
sama-sama masih sangat muda.
Saya pernah bertanya pada seorang
ibu yang 3 putra putranya berhasil masuk universitas negri favorite.
Padahal beliau adalah seorang single parent yang suaminya telah lama
meninggal.
“ Yang penting kalau belajar, anak itu tahu bahwa dia di temani. Meski kita nya ketiduran, di belakangnya. ”
Sesungguhnya anak-anak hanya butuh teman.
Anak-anak pecandu narkoba adalah anak-anak yang merasa dirinya itu
“sendiri”. Justru mereka sebenarnya anak-anak yang mandiri. Mereka
adalah anak-anak yang selalu merasa kuat dan berusaha tegar. Tapi tidak
sadar bahwa mereka tidak bisa setegar yang mereka kira. Anak-anak yang
kesepian meski dia berada di tengah keramaian. Kekurangan mereka hanya
satu, IMAN.
Masa depan anak-anak ada di tangan orang tuanya.
Anak-anak muda pencandu narkoba biasanya adalah anak-anak yang
tertutup. Tidak dekat dengan keluarga. Batas antara orang tua dan anak
ada dinding yang tegas.
Anak terlahir tanpa agama, tanpa
keyakinan. Orang tualah yang membuatnya punya sebuah keyakinan. Sekolah
pertama dari seorang anak adalah RUMAH. Orang tua adalah GURU
pertamanya. Ketika anak sudah terjerumus dalam dunia hitam, prostitusi
atau narkoba, tidak semudah itu untuk di rehabilitasi.
Saya
punya seorang sahabat, seorang ibu, yang mempunyai masa lalu yang
bersentuhan dengan dunia hitam ini. Darinya saya tahu dan mengerti,
betapa berat bagi seorang pecandu untuk keluar dari lingkaran ini. Lebih
berat dari seorang yang memulai bisnis atau orang yang sedang berusaha
keras keluar dari kemiskinan, karena taruhannya adalah nyawa. Dia lahir
di keluarga yang broken pula, yang merayap-rayap mencari jati diri
melalui kerasnya hidup di dunia underground, seorang diri. Efek dari
narkoba ini awalnya memang sangat membantu. Membuat mereka bersemangat,
merasa hidup dan selalu ceria menyongsong hari. Tapi hanya sesaat.
Semakin lama obat-obatan ini membuat mereka terpenjara. Ketagihan !
ketika di lawan, obat-obatan ini berusaha untuk selalu harus terjamah.
Rasa sakit yang luar biasa akan di rasa oleh sekujur badan, yang membuat
mereka tak kuasa melawan, ketika mereka berusaha untuk tidak
mengkonsumsinya. Membuat mereka membutuhkannya lagi..dan lagi..hingga
tak sadar jika over dosis. Seolah mengantar mereka mati secara perlahan
dalam keadaan su ul khotimah.
“Saya berharap setelah tidur,
tak pernah bangun lagi “ tuturnya mengingat saat dia terbaring OD di
rumah sakit. Alhamdulillah Allah tidak membiarkan nya hancur. Mendengar
kisahnya, bukan kemauannya untuk masuk ke lingkungan ini. ALLAH tidak
buta. Kesempatan sebanarnya selalu ada bagi mereka, ketika orang-orang
di sekelilingnya masih punya empaty, masih punya cinta dan kasih sayang.
Kita sebagai orang tua tidak bisa mendampingi mereka sesuai yang mereka butuhkan. Karena kesibukan
Kita atau karena keadaan kita yang terlalu lemah.
Menanamkan keyakinan TAUHID pada mereka sedini mungkin, sejak mereka
BATITA bahkan sejak di dalam kandungan adalah solusi yang terbaik. Anak
adalah benar-benar TITIPAN, bukan Cuma kata-kata bijak untuk
mengingatkan orang tua, tapi renungkanlah. Menanamkan keyakinan pada
mereka bahwa kita, ORANG TUA itu juga hanya TITIPAN bagi mereka. Bahwa
suatu saat kita bisa kapan saja hilang, hilang karena di ambil lagi oleh
sang empunya hidup atau karena hilang ingatan kita sebagai penanggung
jawab mereka. Orang tua dan anak adalah sama-sama konsinyasi.
Mungkin sebagai orang tua yang merasa berpendidikan tinggi, merasa
memiliki status sosial terhormat yang berlimpah rejeki membuat kita
lalai pada apa sebenarnya yang dibutuhkan seorang anak. Orang tua yang
telah di karunia ini hanya mempunyai kewajiban, mengenalkan mereka siapa
TUHANnya, bagaimana menikmati nyamannya menjadi diri sendiri, dan
betapa bergunanya selalu punya pikiran positif. Mengenalkan Tuhan pada
mereka sama saja mengenalkan mereka pada semua kebaikan, kejujuran,
keihklasan dan kejujuran. Ketika mereka lepas perhatian dari kita, ada
TUHAN yang akan selalu menuntun hatinya.
ALLAH hanya meminta
BEBERAPA TAHUN SAJA dari awal kehidupan seorang anak, pada orang tua
untuk menjadi mentor bagi mereka. Ketika mereka dewasa /Baligh, itu
urusan ALLAH. ALLAH akan menjaga dan memberi mereka hidayah. Orang tua
yang membuat mereka bisa atau tidak membaca Hidayah-hidayah itu. Tak ada
manusia pilihan, yang ada hanyalah manusia-manusia terpilih, yang
sanggup memilih sendiri, jalan mana yang terbaik buatnya.
Kasus Rafi Ahmad, Nike Ardila, Alda… Bukan urusan saya untuk ikut
berkomentar, menghakimi, menghujat ataupun sekedar membahas dan bergosip
tentang kasus-kasus itu. Mengapa narkoba ini seperti lingkaran setan?
Karena ketika seorang sudah terjerumus dalam narkoba, dia pasti akan
berusaha menjadi pengedar atau bahkan Bandar…karena ketergantungannya
ini akan membuatnya kanker = kantong kering. Obat yang selalu “menagih”
ini membuat kaya para penjualnya. Membuat para konsumennya rela
melakukan apa saja demi mendapatkannya.
Mereka yang terlanjur
memakai adalah orang-orang dalam dilemma. Ketika mereka bebas dari
keterikatan, sindikat tidak akan begitu saja melepas… karena dari satu
satu orang pengguna, dia mendapat keuntungan yang luar biasa. Menurut
sumber yang bisa di percaya, mantan para pengguna ini harus selalu di
dampingi, karena mereka akan selalu di kejar oleh para pemasoknya.
Yang saya heran, kenapa begitu banyak Bandar-bandar besar yang
tertangkap, begitu banyak pabrik-pabrik besar terbongkar..tetapi tidak
pernah ada kabar berkurangnya aktifitas setan ini.
Yayaya,
satu-satunya jalan adalah..kenalkan anak-anak kita pada TUHAN sedini
mungkin. Berikanmereka pengertian, untuk bijaksana menilai tidak ada
manusia yang bisa di jadikan idola dan juga tidak harus menjadi idola
karena tidak ada sosok yang sempurna, untuk bijaksana bahwa cita-cita
tinggi itu memang bagus, tapi tidak harus selalu tercapai. ALLAH maha
tahu segala yang terbaik buat kita al-baqarah 216. Di tangan Orang tua
lah masa depan bangsa di tentukan. Orang tua tidak harus menjadi
pendidik anak-anak kandung, orang tua adalah pendidik bagi semua anak.
PABRIK NARKOBA TIDAK ADA ARTINYA JIKA TIDAK ADA YANG MEMBELI, menanti
semua itu hilang adalah membuat dagangannya tidak laku !!!