Monday, February 18, 2013

Masa depan bangsa bukan di tentukan oleh generasi muda…



Anak pertama saya susaaaaah banget bangun pagi. Setiap pagi bikin saya senewen, tapi setelah bangun cepat pula selesai bebenahnya. Yang kedua relative mudah di bangunkan, tapi relatiiiff lamaaa selesai nya, dan yang ketiga paling terakhir bangunnya tapi selesai nya pun tepat waktu.

Dari orang tua yang sama, dengan aturan dan ajaran yang sama, tetapi masing-masing punya sifat yang sangat berbeda. Setiap anak di lahirkan unik.

Apakah benar tanggung jawab bangsa ada di tangan mereka???

Saya ada sebuah cerita. Saya mempunyai seorang adik dari seorang kerabat dekat. Seingat saya ada foto masa kecilnya, dimana saya menggendongnya, kalau tidak salah ketika umurnya belum genap 1 tahun. Sejak bayi, anak ini, ketampanan wajahnya sudah sangat tampak. Saat remaja, bodynya yang tinggi dengan berat badan ideal dan deretan gigi yang sangat terawat membuat pesonanya makin tampak bersinar. Maka tak heran ketika remaja banyak fans nya. Perilakunya santun sekali, nilai-nilai akademis sekolahnya pun sangat baik. Siapa sangka, pribadinya yang tampak ter”tata” dengan baik ini, sanggup menjerumuskannya ke dunia narkoba.

Suatu hari dia datang membawa sebuah kado. Wajahnya masih seperti yang terakhir kali saya ingat. Dengan sangat diam, dia memberi saya sebuah kado yang tampak di bungks sedanya. Wajahnya terseyum, tapi diam dan sunyi.
“Apa ini “
Tidak ada jawaban hanya tersenyum dan diam
“Dia pernah bilang bahwa dia merasa dekat dan nyaman dengan endah “ kata bapaknya, begitu yang di katakan kakak saya perihal mimpi ini ketika saya bertanya kapan dia ulang tahun ? ketika saya berusaha mencari makna mimpi ini setelah hampir 5 tahun dia “istirahat”.
Adik saya ini telah meninggal dunia, karena terinfeksi HIV IDS, tertular dari penggunaan jarum suntik, dan meninggal setelah 10 tahun bertahan dalam dari masa inkubasi virus mengerikan ini. Ya, masa inkubasi virus ini sekitar 10 tahun.

Saya percaya doa yang tulus akan selalu ada jalan untuk di terima, meski ada pernyataan tegas hanya doa anak yang soleh pada orang tuanya sajalah yang di terima. Allah maha mengetahui dan maha bijaksana. Saya sangat percaya itu.

Terlahir dari oang tua yang sangat berpendidikan. Terdidik dengan tata krama yang baik dan fasilitas terbaik untuk anak selalu tersedia. Wajah yang tampan, dengan pergaulan yang luas membuatnya banyak jalan untuk memilih cara menghibur diri ketika gagal, kecewa dan galau.

Justru kesempurnaan pribadi yang di bebankan pada seorang anak adalah salah satu sebab seorang anak menutupi kegagalannya. Tidak ingin terlihat gagal, tidak ingin terlihat jatuh, membuatnya mencari hiburan sendiri. Terakhir test di akhir tahap penerimaan calon akabri baru terbuka kenyataan, bahwa adikku ini terlahir hanya mempunyai 1 ginjal. Kegagalan yang tidak bisa di ganti oleh sogokan apapun !!! Kegagalan yang seharusnya di terima dengan biasa saja, menurut pendapat ayahnya, karena itu sudah takdir. Tapi sebuah impian yang di bangun dengan semangat yang penuh sejak kecil tidak begitu saja bisa terhapus hanya dengan satu kata… takdir !!!

“ Biarlah anak ini istirahat, dia sudah terlalu lelah “ kata pas ustad pendampingnya. Sedih saat saya tidak bisa datang saat dia masih terbaring di rumah sakit dan tidak bisa melayat saat meninggal, karena kami tinggal di lain kota dan sibuk dengan 3 anak balita saya. Tapi setahun sebelum meninggal dia sempat menikah, dengan sesame ODHA (Orang Dengan Hiv AIDS). Teman yang di temuinya saat sama-sama berada di tempat rehabilitasi. Terakhir saya mendengar istrinya pun meninggal. Mereka harus “pergi” diusia yang sama-sama masih sangat muda.

Saya pernah bertanya pada seorang ibu yang 3 putra putranya berhasil masuk universitas negri favorite. Padahal beliau adalah seorang single parent yang suaminya telah lama meninggal.

“ Yang penting kalau belajar, anak itu tahu bahwa dia di temani. Meski kita nya ketiduran, di belakangnya. ”
Sesungguhnya anak-anak hanya butuh teman.

Anak-anak pecandu narkoba adalah anak-anak yang merasa dirinya itu “sendiri”. Justru mereka sebenarnya anak-anak yang mandiri. Mereka adalah anak-anak yang selalu merasa kuat dan berusaha tegar. Tapi tidak sadar bahwa mereka tidak bisa setegar yang mereka kira. Anak-anak yang kesepian meski dia berada di tengah keramaian. Kekurangan mereka hanya satu, IMAN.

Masa depan anak-anak ada di tangan orang tuanya. Anak-anak muda pencandu narkoba biasanya adalah anak-anak yang tertutup. Tidak dekat dengan keluarga. Batas antara orang tua dan anak ada dinding yang tegas.
Anak terlahir tanpa agama, tanpa keyakinan. Orang tualah yang membuatnya punya sebuah keyakinan. Sekolah pertama dari seorang anak adalah RUMAH. Orang tua adalah GURU pertamanya. Ketika anak sudah terjerumus dalam dunia hitam, prostitusi atau narkoba, tidak semudah itu untuk di rehabilitasi.

Saya punya seorang sahabat, seorang ibu, yang mempunyai masa lalu yang bersentuhan dengan dunia hitam ini. Darinya saya tahu dan mengerti, betapa berat bagi seorang pecandu untuk keluar dari lingkaran ini. Lebih berat dari seorang yang memulai bisnis atau orang yang sedang berusaha keras keluar dari kemiskinan, karena taruhannya adalah nyawa. Dia lahir di keluarga yang broken pula, yang merayap-rayap mencari jati diri melalui kerasnya hidup di dunia underground, seorang diri. Efek dari narkoba ini awalnya memang sangat membantu. Membuat mereka bersemangat, merasa hidup dan selalu ceria menyongsong hari. Tapi hanya sesaat. Semakin lama obat-obatan ini membuat mereka terpenjara. Ketagihan ! ketika di lawan, obat-obatan ini berusaha untuk selalu harus terjamah. Rasa sakit yang luar biasa akan di rasa oleh sekujur badan, yang membuat mereka tak kuasa melawan, ketika mereka berusaha untuk tidak mengkonsumsinya. Membuat mereka membutuhkannya lagi..dan lagi..hingga tak sadar jika over dosis. Seolah mengantar mereka mati secara perlahan dalam keadaan su ul khotimah.

“Saya berharap setelah tidur, tak pernah bangun lagi “ tuturnya mengingat saat dia terbaring OD di rumah sakit. Alhamdulillah Allah tidak membiarkan nya hancur. Mendengar kisahnya, bukan kemauannya untuk masuk ke lingkungan ini. ALLAH tidak buta. Kesempatan sebanarnya selalu ada bagi mereka, ketika orang-orang di sekelilingnya masih punya empaty, masih punya cinta dan kasih sayang.

Kita sebagai orang tua tidak bisa mendampingi mereka sesuai yang mereka butuhkan. Karena kesibukan
Kita atau karena keadaan kita yang terlalu lemah.

Menanamkan keyakinan TAUHID pada mereka sedini mungkin, sejak mereka BATITA bahkan sejak di dalam kandungan adalah solusi yang terbaik. Anak adalah benar-benar TITIPAN, bukan Cuma kata-kata bijak untuk mengingatkan orang tua, tapi renungkanlah. Menanamkan keyakinan pada mereka bahwa kita, ORANG TUA itu juga hanya TITIPAN bagi mereka. Bahwa suatu saat kita bisa kapan saja hilang, hilang karena di ambil lagi oleh sang empunya hidup atau karena hilang ingatan kita sebagai penanggung jawab mereka. Orang tua dan anak adalah sama-sama konsinyasi.

Mungkin sebagai orang tua yang merasa berpendidikan tinggi, merasa memiliki status sosial terhormat yang berlimpah rejeki membuat kita lalai pada apa sebenarnya yang dibutuhkan seorang anak. Orang tua yang telah di karunia ini hanya mempunyai kewajiban, mengenalkan mereka siapa TUHANnya, bagaimana menikmati nyamannya menjadi diri sendiri, dan betapa bergunanya selalu punya pikiran positif. Mengenalkan Tuhan pada mereka sama saja mengenalkan mereka pada semua kebaikan, kejujuran, keihklasan dan kejujuran. Ketika mereka lepas perhatian dari kita, ada TUHAN yang akan selalu menuntun hatinya.

ALLAH hanya meminta BEBERAPA TAHUN SAJA dari awal kehidupan seorang anak, pada orang tua untuk menjadi mentor bagi mereka. Ketika mereka dewasa /Baligh, itu urusan ALLAH. ALLAH akan menjaga dan memberi mereka hidayah. Orang tua yang membuat mereka bisa atau tidak membaca Hidayah-hidayah itu. Tak ada manusia pilihan, yang ada hanyalah manusia-manusia terpilih, yang sanggup memilih sendiri, jalan mana yang terbaik buatnya.

Kasus Rafi Ahmad, Nike Ardila, Alda… Bukan urusan saya untuk ikut berkomentar, menghakimi, menghujat ataupun sekedar membahas dan bergosip tentang kasus-kasus itu. Mengapa narkoba ini seperti lingkaran setan? Karena ketika seorang sudah terjerumus dalam narkoba, dia pasti akan berusaha menjadi pengedar atau bahkan Bandar…karena ketergantungannya ini akan membuatnya kanker = kantong kering. Obat yang selalu “menagih” ini membuat kaya para penjualnya. Membuat para konsumennya rela melakukan apa saja demi mendapatkannya.

Mereka yang terlanjur memakai adalah orang-orang dalam dilemma. Ketika mereka bebas dari keterikatan, sindikat tidak akan begitu saja melepas… karena dari satu satu orang pengguna, dia mendapat keuntungan yang luar biasa. Menurut sumber yang bisa di percaya, mantan para pengguna ini harus selalu di dampingi, karena mereka akan selalu di kejar oleh para pemasoknya.

Yang saya heran, kenapa begitu banyak Bandar-bandar besar yang tertangkap, begitu banyak pabrik-pabrik besar terbongkar..tetapi tidak pernah ada kabar berkurangnya aktifitas setan ini.

Yayaya, satu-satunya jalan adalah..kenalkan anak-anak kita pada TUHAN sedini mungkin. Berikanmereka pengertian, untuk bijaksana menilai tidak ada manusia yang bisa di jadikan idola dan juga tidak harus menjadi idola karena tidak ada sosok yang sempurna, untuk bijaksana bahwa cita-cita tinggi itu memang bagus, tapi tidak harus selalu tercapai. ALLAH maha tahu segala yang terbaik buat kita al-baqarah 216. Di tangan Orang tua lah masa depan bangsa di tentukan. Orang tua tidak harus menjadi pendidik anak-anak kandung, orang tua adalah pendidik bagi semua anak.
PABRIK NARKOBA TIDAK ADA ARTINYA JIKA TIDAK ADA YANG MEMBELI, menanti semua itu hilang adalah membuat dagangannya tidak laku !!!

No comments:

Post a Comment