Thursday, November 8, 2012

USIA 40


Mengapa saat usia 40 tahun justru banyak sekali terdengar kasus-kasus di rumah tangga. Tidak pandang derajat social hal itu terjadi. Di semua kalangan. Ya selingkuh lah, ya cemburuan lah, mulai dari membuat masalah kecil jadi tampak besar.


Semakin bertambahnya usia, istri yang baik, yang dulunya mempunyai idealisme manut lahir bathin pada suami. Mengandung, melahirkan, merawat anak, mengurus segala kebutuhan rumah tangga dari mulai beres-beres, masak, cuci-cuci dan lain lain sebagainya membuatnya melupakan waktu untuk dirinya sendiri. Semua keegoisan dan segala bentuk kesenangan / minatnya di simpan dalam-dalam. Bahkan di lupakan. Secara tidak langsung keadaan ini melatih dan membuat istri menjadi lebih manusia yang mandiri. Tapi…..

Waktu tidak pernah merubah jiwa seseorang. Ketika kecil seorang manusia di anugrahi kemampuan yang kemudian di salurkannya menjadi minat/hobi, untuk seterusnya semua itu akan melahirkan sebuah keinginan/cita-cita. Sebenarnya tidak pernah seseorang itu berubah, tapi pengalaman hidup dari masing-masing oranglah yang merubah pola pikir dan cara pandangnya pada sesuatu.

Nah….setelah usia anak terkecil, minimal sudah sekolah, sang istri mulai punya banyak waktu luang. Mulailah merasa jenuh ketika sudah tak banyak lagi yang di kerjakannya. Mulai rindu melakukan apa saja yang dulu pernah membuatnya nyaman. Yang senang menjahit, mulailah menjahit lagi, yang suka jalan-jalan mulailah jalan..dan pergaulan / lingkungan lah yang menunjang semua itu akan sukses terlaksana atau tidak.

Di waktu seperti ini, istri akan tampak seperti berubah di mata suami, apalagi ketika ditambah-tambahi bahwa setelah reuni kok kamu berubah ya?? Padahal bisa jadi istri ketemu jalan atau peluang untuk keluar dari kejenuhannya ketika bertemu teman-teman lamanya. Sebaik-baiknya manusia adalah manfaatnya, bukan sekedar kiasan, karena sifat fitrah manusia itu sendiri adalah ingin menjadi manusia yang bermanfaat.

Berlawanan dengan suami, dengan bertambahnya usia justru keinginan untuk di perhatikan, di ladeni dan di manja justru bertambah. Laki-laki itu ketika dirinya mulai berkurang kejantanannya dalam arti yang luas, misalnya mulai sakit pinggang, pegel linu dll. Pelayanan istri yang total selama bertahun-tahun membuatnya suami secara tidak sadar menjadi tidak mandiri dalam rumah tangga.

Ciri-ciri pria tidak muda lagi,menjelang tuwe....
1.Membaca makin jauh kencing makin dekat
2.Dulu tidur berhadap-hadapan, sekarang panta-pantatan
3.Dulu pakai minyak wangi sekarang pakai minyak angin
4.Dulu lebih dari 12 kali dalam sebulan sekarang belum tentu sekali dalam sebulan
5. Dulu kerasa sekali dalam menunggu sekarang lama sekali menunggu keras
6. dulu langsung ON sekarang langsung DOWN
7.Dulu suka siul-siulin cewek sekarang siul-siulin burung
8.Dulu sering makan enak sekarang sering makan obat
9. Dulu korbankan kesehatan demi kekayaan, sekarang korbankan kekayaan demi kesehatan
10. Dulu dongkol karena ngga di kasih sekarang jengkel karena di tagih
11. Dulu pemburu nikmat sekarang di buru kiamat.

Yang dulunya perkasa menjadi tidak, secara physokogis membuatnya tidak percaya diri Saat-saat itu menjadi saat-saat yang sensitive. Istri merasa sudah waktunya “MY SHOW TIME” jengkel melihat suami semakin bawel, sementara sang suami justru ingin istri selalu bisa membuatnya nyaman bahkan lebih dari sebelumnya. Rasa saling memaklumi mulai memudar.

Cemburu yang berlebihan meski keriput dan uban sudah ting trunyul, negative thinking setiap melihat suami atau istri konsen pada HPnya, menu masakan istri yang selalu salah ketika di sajikan atau suami pulang terlambat menjadi masalah yang sangat besar. Padahal di awal pernikahan justru bukan apa-apa.

Kita tidak bisa mendikte atau memaksa seseorang menjadi seperti apa yang kita mau, tapi di saat-saat seperti ini kita seharusnya bisa saling mengerti. Bahwa cinta yang mungkin sudah beranjak “pergi ke laut” tapi rasa sayang, empaty, simpaty dan memiliki pemahaman yang sama tentang bagaimana AGAMA mendefinisikan apa itu keluarga sakinah, mawadah dan waromah lah yang membuat sebuah perkawinan tetap bertahan. Tidak menyalahkan perceraian yang sudah terjadi. Karena jika kita percaya jodoh itu datang nya dari TUHAN maka, serahkan lah lagi pada KUASANYA ketika kita sudah menyerah pada keberadaan konfik yang tiba-tiba saja muncul dan menjadi masalah yan berkepanjangan dalam rumah tangga. ALLAH maha tahu segala yang tersembunyi. KUN FA YA KUN. Meski sudah punya istri cantik, demplon pinter masak, ahli ngurus rumah tangga, di tambah dengan harta nya berlimpah, jika ALLAH menguji sang suami dengan mendatangkan sebuah “pilihan yang lain” dan tergoda, maka itulah takdir. Atupun sebaliknya karena jenuh di tuntut menjadi seperti perempuan polos yang baru di nikahi dulu, yang bisa di dudang-duding, menjadikan istri lelah dan memilih pekerjaan lain “menjadi istri orang lain??”

Perjalanan sebuah takdir sangat lah panjang dan berliku, so dengan bekal iman dari pemahaman yang kuat pada sebaikan-kebaikan yang di ajarkan agamalah yang akan membuat kita bisa tetap berfikir bijak. Kebenaran dan kesalahan itu relatife di mata seorang manusia, tapi mutlak di mata ALLAH.

No comments:

Post a Comment