Sunday, November 25, 2012

Menjadi orang biasa-biasa bukanlah sebuah ujian




 Rasanya malu ketika membaca lagi kisah seorang UWAIS AL QARNI. Manusia super, yang di lahirkan hanya menjadi seorang yang biasa-biasa saja, dengan hidup yang tak mempunyai banyak pilihan. Hanya seorang pengembala ternak, miskin, tidak menik
ah, tidak tampan, dan hanya memiliki seorang ibu yang selalu minta di perhatikan. Seumur hidupnya hanya punya satu keinginan besar,yaitu ingin sekali bertemu Rasulullah. Ketika ada sebuah kesempatan, Puluhan kilometer padang pasir yang panas berhasil dia tempuh, dan ada kesempatan untuk mewujudkan cita-citanya ini, tapi sebuah janji sederhana pada ibunya untuk segera kembali memupuskan semuanya. Rasulullah yang di kaguminya sedang pergi, meski hanya butuh waktu sebentar untuk menunggu, tetapi tidak membuat IBU nya menjadi terabaikan. Ibu sendirian dan harus cepat kembali !!!

Menjadi sukses, terkenal dan di kagumi seolah menjadi ukuran manusia untuk di katakan bermanfaat. Sebaik-baiknya manusia adalah manfaatnya. UWAIS AL QARNI seharusnya membuka mata kita bahwa tidak harus menjadi kaya untuk bisa berbagi, tidak harus bersikeras kesenangan itu bisa terwujud, dan tidak harus terpuruk ketika cita-cita kita tak pernah kesampaian. Karena ALLAH telah memberi masing-masing manusia tugas sesuai dengan porsinya. Kadang kita terlalu tinggi memberi nilai pada ukuran kebahagiaan. Kebahagiaan adalah tercapainya cita-cita??

Kadang orang rancu pada arti mimpi dan cita-cita. Mimpi adalah keinginan kita untuk mendapatkan sesuatu, tetapi sangat sulit jalannya dan tampaknya hanya melalui tangan Tuhan itu bisa terwujud. Sedangkan Cita-cita adalah keinginan kuat dari seorang manusia untuk mendapatkan keinginannya karena ada logika dan terlihat jalan untuk meraihnya.

Entah itu mimpi, ataupun cita-cita, tak ada alasan kita untuk selalu mengeluh pada keadaan. Mampu menjadi manusia yang rasa IKHLAS dan syukur nya luar biasa, yang menjadikan UWAIS AL QARNI yang bukan seorang nabi ini mendapat julukan manusia dari langit. ALLAH tidak pernah memandang siapa, apa dan dari mana kita berasal atau apa saja yang kita lakukan, karena TAQWA lah yang menjadikan kita berbeda di mataNYA. TAQWA, ikhlas menjadi manusia yang mampu menerima apapun adanya pilihan yang kita punya, dan bersyukur menerima apapun adanya pilihan kita punya.

Memberi adalah pilihan manusia pada manusia, karena TUHAN tidak pernah ingin diberi.



No comments:

Post a Comment